Sabtu, 08 Februari 2014

CT-SCAN

Tomografi terkomputasi (bahasa Inggris: computed tomography, CT), awalnya dikenal sebagai computed axial tomography (CAT), adalah sebuah metode penggambaran medismenggunakan tomografi di mana pemrosesan geometri digunakan untuk menghasilkan sebuah gambar tiga dimensi bagian dalam sebuah objek dari satu seri besar gambar sinar-X dua dimensi diambil dalam satu putaran "axis".
Kata tomografi berasal dari bahasa Yunani tomos (potongan) dan graphia (penggambaran). CT menghasilkan satu seria gambar axial yang dapat dimanipulasi, melalui sebuah proses yang dikenal sebagai "windowin", untuk menghasilkan gambar dalam bidang yang berbeda.
Meskipun paling umum dalam perawatan kesehatan, CT juga digunakan dalam bidang lainnya seperti pengetesan tanpa perusakan.


Selain itu, para peneliti menekankan, pasien harus memahami prosedur dan risiko radiasi akibat dari CTscan agar tidak menutupi kemungkinan yang terjadi. Pihak rumah sakit harus menyadarkan pasien sebelum menjalani prosedur radiologi. Keputusan dari pasien diakui para peneliti merupakan keputusan mutlak. 

Untuk melihat penyakit di dalam tubuh, para peneliti menambahkan, lebih baik menggunakan CT tunggal atau single photon emission computed tomography (SPECT) untuk mereka yang menderita batu ginjal. Penggunaan SPECT dinilai dapat mengurangi risiko yang terjadi seperti penggunaan CT scan.


PADA dasarnya, computerized tomography (CT) scanberfungsi untuk melihat penyakit yang ada di dalam tubuh kita. Namun demikian, penggunaan CT scandapat berisiko pada kesehatan tubuh kita. Kok bisa?

CT scan merupakan prosedur medis yang berguna untuk mendiagnosa gangguan kesehatan di dalam tubuh. Tetapi, penggunaan CT scan dapat berpengaruh buruk pada diri kita. Menurut penelitian dari University of Washington, Amerika, CT scan yang bertenaga tinggi (penggunaan sinar-X) akan menunjukkan gambar lebih jelas, namun pasien akan terkena risiko dari radiasi tersebut. 

Para ahli melakukan survei terhadap 235 pasien untuk mengukur sejauh mana mereka mengetahui risiko dari CT scan. Survei dilakukan terhadap pasien yang mengidap penyakit jantung, pria dan wanita, usia di atas 55 tahun, serta bersedia untuk melakukan survei. Hasilnya, hampir semua pasien (95%) menyatakan bahwa mereka lebih mementingkan kesembuhan penyakit mereka dibandingkan risiko yang diakibatkan dari penggunaan CT scan, sebagaimana dilansirEmaxHealth, Minggu (6/1/2013).

Selain itu, para peneliti menekankan, pasien harus memahami prosedur dan risiko radiasi akibat dari CTscan agar tidak menutupi kemungkinan yang terjadi. Pihak rumah sakit harus menyadarkan pasien sebelum menjalani prosedur radiologi. Keputusan dari pasien diakui para peneliti merupakan keputusan mutlak. 

Untuk melihat penyakit di dalam tubuh, para peneliti menambahkan, lebih baik menggunakan CT tunggal atau single photon emission computed tomography (SPECT) untuk mereka yang menderita batu ginjal. Penggunaan SPECT dinilai dapat mengurangi risiko yang terjadi seperti penggunaan CT scan.

EPIDEMIOLOGI

SEJARAH EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya.
Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut
Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah pada zaman dahulu kala dan bahkan berkembang bersamaan  dengan ilmu kedokteran karena  kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu sama lainnya. Epidemiologi dalam pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit butuh ilmu kedoteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi, mikrobiologi dan genetika.
Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu epidemiologi terletak pada cara penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran menekankan pada pelayanan kasus demi kasus sedangkan epidemioogi menekankan pada kelmpok  individu. Oleh karena itu, selain membutuhkan ilmu kedokteran, epidemiologi juga membutuhkan disiplin   lmu-ilmu lain seperti demografi, sosiologi, antropologi, geologi, lingkungan fisik, ekonomi,  budaya dan statiska.   
Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua ahli bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan karena perbedaan paradigma dalam menangani masalah  kesehatan antara ahli pengobatan dengan metode epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa  penyakit disebabkan oleh roh jahat.
Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para ilmuwan terkenal di kala itu. Seperti sekitar 1000 SM Cina dan India telah mengenalkan  variolasi, Abad ke 5 SM muncul  Hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,water and places, selanjutnya Galen melengkapi dengan faktor atmosfir, faktor internal serta faktor predisposisi. Abad 14 dan 15 terjjadi  karantina berbagai penyakit yang di pelopori oleh V. Fracastorius dan Sydenham, selanjutnya pada tahun 1662 John Graunt memperkenalkan ilmu biostat dengan mencatata kematian PES & data metriologi. Pada tahun 1839 William Farr mengembangkan analisis statistik, matematik dalam epidemiologi dengan mengembangkan sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab kematian dibandingkan pola kematian antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya di inggris. Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan evaluasi program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.
Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam menjawab epidemi cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis wabah, terakhir penggunaan metode epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker. Perkembangan epidemiologi surveilans setelah perang dunia II  disusul perkembangan epidemiologi khusus. hal yang sama juga dilakukan Edwin Chadwik Pada tahun 1892 yaitu melakukan  riset tentang  masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle, robert koch, Pasteur mengembangkan teori kontak penularan.
Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:
1.      Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit
2.      Penggunaan data kuantitatif dan statistik
3.      Penularan penyakit
4.      Eksprimen pada manusia
Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup  sekurang-kurangnya 3 elemen, yakni :
  1. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
  1. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
  1. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

Referensi :
  1. Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
  2. Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta
  3. Nasry, Nur dasar-dasar epidemiologi
  4. Arsip mata kuliah FKM UNHAS 2006

Epidemiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang seberapa sering penyakit dialami oleh suatu kelompok orang yang berbeda dan mencari tahu bagaimana bisa terjadi.

Ilmu ini bermanfaat sebagai
informasi untuk merencanakan dan mengevaluasi strategi-strategi yang telah dilakukan, memberikan petujuk kepada para petugas kesehatan untuk menindaklanjuti perkembangan pasien.

Seperti halnya dengan ilmu patologi, epidemiologi juga merupakan cabang ilmu yang integral dan memiliki deskripsi penanganan yang khas. Banyak data dan interpretasi yang harus disiapkan sehingga pengoleksian seluruh informasi dapat menghasilkan simpulan tentang suatu
penyakit yang dipantau.

A. Terminologi Epidemiologi  :

Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu:
Epi = yang berkaitan
Demos = 
masyarakat, daerah
Logos = ilmu

Jadi epidemiologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang perilaku dalam masyarakat.

B. Sejarah Epidemiologi  

Epidemiologi sudah berkembang pesat sejak
zaman Yunani kuno. Ilmu ini sangat berpengaruh besar terhadap perilaku masyarakat guna mencapai tujuan sosial-humanisme. Etape-etape epidemiologi adalah sebagai berikut:
  1. Hippocrates, (circa 400 BCE): On Airs, Waters, and Places.
  2. John Graunt (1620-1674): Natural and Political Observations on the Bills of Mortality
  3. James Lind (1716-1794):  A Treatise of the Scurvy in Three Parts
  4. William Farr: Campaigning statistician
  5. John Snow: On the Mode and Communication of Cholera
  6. Joseph Golderberger (1874-1929)
Dari keseluruhan para ahli epidemiologi, John Snow lah yang dianggap sebagai Bapak Epidemiologi Modern.

C. Para filsuf yang berpengaruh besar bagi
perkembangan epidemiologi :
  1. Francis Bacon (1561-1704)
  2. John Locke (1632-1704)
  3. George Berkeley (1685-1753)
  4. David Hume (1711-1776)
  5. John Stuart Mill (1806-1873)
  6. Karl Popper (1902-1992)
  7. John Tukey (1915-2000)
E. Hal-hal penting dalam Epidemiologi :

1. Populasi yang didata kesehatannya
Penduduk sebuah area yang akan diambil data kesehatannya harus jelas. Apakah seseorang sakit atau tidak, riwayat kesehatannya dalam jangka waktu tertentu, jenis
kelamin, semua data harus lengkap.

2. Study Population
Seorang petugas kesehatan harus mempelajari karakteristik masyarakat yang akan diambil data kesehatannya.
Budaya makan, kegiatan apa yang sering dilakukan, mata pencarian, kebiasaan buruk, ekosistem tempat masyarakat tumbuh, dan lain sebagainya.

3. Observation (study sample)
Memang tidak keseluruhan populasi yang diambil datanya. Ini dikarenakan masalah waktu dan biaya yang tidak memungkinkan seluruh orang diperiksa. Maka dilakukan observasi dengan mengambil sampel beberapa penduduk yang dianggap mewakili
kesehatan masyarakat.

F. Ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Epidemiologi :
  1. Biologi
  2. Sosiologi
  3. Filosofi
  4. Statistika
  5. Biostatistika
  6. Mikrobiologi
  7. Imunologi
  8. Kimia
  9. Pediastric dan Geriatric


Bone Densitometri

1.     Bone Densitometri

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur kandungan mineral tulang dan kepadatan tulang di bagian  tertentu atau seluruh tubuh

DIGUNAKAN UNTUK:
1. Menilai kekuatan tulang
2. Diagnosis penyakit yang berhubungan
dengan kepadatan tulang yang rendah (osteoporosis)
3. Memantau efek terapi
4. Memprediksi risiko masa depan
     patah

Pada pemeriksaan Bone Densitometri biasanya digunakan bermacam-macam tekhnik diantaranya:

1. menggunakan radiasi pengion
2. menggunakan USG
3. DXA energi = dual x-ray
 penyerapan (banyak digunakan)

Bone Densitometri memiliki berbagai KEUNGGULAN, yaitu :
1. Dosis radiasi rendah
2.
Tersedia luas
3. Kemudahan
dalam hal penggunaan
4.
Waktu pemindaian yang relative singkat
5.
Resolusi gambar yang tinggi
6.
Presisi nya bagus
7.
Kalibrasi relative stabil.


DXA
1. Dikonseptualisasikan sebagai suatu teknik
untuk mengurangi.
2.
Untuk menghilangkan gambar soft tissue.
3. Men
gukur jumlah Bone Mineral Density (BMD).
4. Mengukur
pelemahan x-ray yang terjadi pada bagian tulang tertentu.
5. Scanning pada x-ray
foton energi yang berbeda.
6. Tulang Lebih mineral melemahkan
lebih x-ray.

2.       ULTRASOUND

Adalah gelombang suara yang berfrekuensi tinggi (> 18 KHz)

Ultrasonografi = Echografi
(echo = pantulan = gema)
A. MODEL TAMPILAN CITRA PADA USG

1. A-MODE
(Amplitude mode = tampilan amplitudo)
2. B-MODE
(Brightness mode = tampilan gelap dan terang)
3. C-MODE
(Constant depth mode =tampilan kedalaman tertentu)
B. Instrumen Scan pada USG
Menggunakan scan dengan satu dimensi
Menggunakan diagram x, y untuk mengekspresikan echo
• Vert
ical, pengukuran untuk ukuran sinyal echo
• Horisontal, mengukur waktu yang diambil untuk echo
yang kembali, yaitu, ukuran dari  kedalaman permukaan saat memantulkan.

Sebuah pengukuran waktu yang diambil untuk echo yang kembali diartikan sama dengan ukuran dari kedalaman permukaan yang terkena pantulan.

Terdiri dari gambar dua dimensi
• Transducer bergerak
mengelilingi struktur organ
Echo akan terdeteksi pada setiap posisi berkas yang ditampilkan pada layar CRT sebagai titik terang di sepanjang garis (scan line)
• Pada layar
akan menampilkan kecerahan setiap tempat yang berkaitan dengan besarnya sinyal echo (rekaman naungan abu-abu)
• Semakin kuat
dalam hal mengembalikan echo maka tempat atau titik yang dituju akan menjadi lebih terang.

C. Tampilan pada USG
Berikut ini merupakan beberapa tampilan yang dapat  dilihat
1.TAMPILAN ORGAN
A. Dilihat dari dimensi bentuk :

a. DUA DIMENSI
b  TIGA DIMENSI
c.  EMPAT DIMENSI
B. Dilihat dari dimensi waktu :

a. STATIS
b. MOVING
c. REAL TIME

2. TAMPILAN  LAPANGAN PENCITRAAN

a. LINIER
Lapangan citra berbentuk segi empat
b. SEKTOR
Lapangan citra berbentuk segi tiga
3. TAMPILAN  ECHO

a. ANECHOIC
(sonolucent)
b. ECHOIC
(hypoechoic dan hyperechoic)
c. ECHOGENIC
(high echo density = sonoopaque
D. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi  citra USG (jika tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan diagnostic pitfalls)

a. Faktor fisik
- Refractive shadowing
- Back enhancement
- Slice artifact
- Photographic artifact
- Mirror image artifact
b. Faktor Jenis instrument:
-  static image
- motion image
- reverse image
c. Faktor setting instrument:
- low level gain
- receiver gain
- transmiter gain
- near & far gain
d. Faktor anatomi :
- bentuk, ukuran, tekstur wall echo shadow
e. Faktor patofisiologi :
- holow sign
- gallbladder sludge
- tortous aorta
- mets & primary
- etc.
f. Faktor teknik scanning :
- lokasi, kontras, detail
- image orientation
- image perception
g. Faktor imaging :
- transducer displacement
- poor contact skin transducer
- invalid transducer
E. Deskripsi Citra USG pada berbagai pemeriksaan
a. Deskripsi citra USG liver normal
         Echoic, cenderung  hypoechoic
         Homogen
         Tekstur jaringan halus
         Lobus kanan lebar
         Lobus kiri sempit dan meruncing
b. Deskripsi citra USG kandung empedu normal
         Anechoic
         Back enhancement
         Cek fundus dan leher
         Berdinding rata dan tegas
         Sehabis makan GB mengalami kontraksi.
c. Deskripsi citra USG aorta abdominalis  dan vena cava inferior
         Keduanya anechoic
         Keduanya berdenyut dan berdinding tegas
         Diameter lumen aorta lebih kecil
         Aorta berdenyut lebih kuat
         Dinding aorta lebih tebal
d. Deskripsi citra USG vena porta dan vena hepatica
         Keduanya anechoic
         Tidak tampak berdinding tetapi berbatas tegas
         Keduanya banyak percabangannya pada intra hepatik
e. Deskripsi citra USG diafragma
         Berupa garis tebal echogenic (high echo density)
         Membatasi tekstur liver pada bagian atas dan belakang


f. Deskripsi citra USG pancreas
         Echoic, cenderung hiperechoic.
         Homogen, tekstur sangat halus
         Dinding rata, tetapi tidak tegas
         Cek caput, corpus dan tail.
g. Deskripsi citra USG ginjal
         Kompleks,
         Gabungan anechoic dengan solid didalamnya.
         Korteks anechoic, pelvis ginjal solid.
         Berdinding tegas dan rata.
h. Deskripsi citra USG limfa
         Echoic, cenderung hiperechoic.     
         Tekstur halus, homogen
         Berbatas halus dan rata
i.Deskripsi citra USG batu (pada ginjal atau pada empedu)
         Echogenic,
         Menempati sistem kalises ginjal atau,
         Menempel pada dinding dalam kandung empedu
         Berbentuk butiraan,dengan berbagai ukuran
         Mungkin single atau multiple
         Refractive shadowing dibelakangnya

3.MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI)
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dulu mempunyai nama NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE
(NMR).

A.   Peran MRI dalam Diagnostik
         Menghasilkan kontras soft tissue yang sangat baik, mengandung informasi yang lebih unik dibanding peperiksaan lain.
         Penggambaran multiplanar dimungkinkan.
         Imejing non invasif.
         Imejing non pengion.
B.   APLIKASI PEMERIKSAAN MRI
MENURUT ORGAN YANG DIPERIKSA :
1.     HEAD AND NECK
2.     SPINE : MRI MYELOGRAPHY.
3.     MUSCULOSCKELETAL
4.     SISTEM VASCULAR
5.     THORAX
6.     ABDOMEN / PELVIS
C.           4 tahap kerja MRI
1. Tempatkan pasien dalam medan magnit 
    yang kuat.
2. Kerjakan gelombang radio frekuensi  khu-
    sus, terhadap pasien.
3. Ukur sinyal gelombang radio yang di pan-
    tul-balikan dari pasien.
4. Kodifikasi sinyal, jadikan data digital,
    rekonstruksi, dan jadi gambar.
          D.      PROSEDUR TEKNIK PENGGAMBARAN MRI
Magnetic Resonance
Kemagnetan pada tubuh pesien
Berada pada kesetimbangannya dengan total kemagnetan eksternal.
Kemagnetan eksternal jutaan kali lebih besar.
Kemagnetan tubuh pasien memberi konstribusi terhadap kemagnetan total.
Kemagnetan pasien
Memiliki spin
Tidak sejajar dengan arah medan magnet utama (Larmor Precession)
Spin – Alignment in an External Magnetic Field
Atom-atom jaringan tubuh
Tidak pada semua jenis atom dapat mengalami Larmor Precession.
Atom-atom berikut banyak terdapat dalam struktur jaringan, dan mengalami Larmor precession, yaitu :
                                  Hidrogen  (1H)
                                  Sodium (23Na)
                                  Phosphor (31P)
                                  Fluorine (19F)
Beberapa jenis atom tidak mengalami Larmor Precission, dan tidak dapat dimanfaatkan dalam MRI :

Carbon  (12C)
Oxygen (16O)
Calcium (40Ca)
E.      PRODUKSI  RESONANSI
Presisi terjadi pada frekuensi tertentu dimana Presisi akan menyerap enersi jika dikenai sinyal RF yang Cepat terjadi letupan jika dikenai frekuensi yang sama dan Letupan tersebut  menghasilkan resonansi.
Menangkap resonansi
Resonansi juga merupakan sinyal RF.
Dikumpulkan menggunakan coil receiver sinyal RF.
F.      Komponen dan output
KOMPONEN
KINERJA
OUTPUT
Magnet Utama

Menginduksi proton dalam inti

Spin dan presisi

Coil transmiter RF

Sinyal RF untuk dikenakan pada spin dan presisi

Resonansi

Coil receiver RF

Menangkap resonansi

Data gambar


Frekuensi resonansi tergantung pada kekuatan bidang pemindai MRI
       



F.      Gyromagnetic rasio
adalah frekuensi Larmor nilai per unit kekuatan medan magnet.

1. paling rasio gyromagnetic nuklir
    pada kisaran 1-50 / T MHz, hanya
    di bawah radioband FM, sesuai
    untuk gelombang radio.

2. Kebanyakan gyromagnetic rasio electcronic
    kira-kira 1000 kali lebih besar,
    
sesuai dengan microwave.
Sifat  gyromagnetic ratio
Kebanyakan GR inti besarnya antara 1-50 MHz/T, berada dibawah gelombang radio FM.
Kebanyakan GR elektrik besarnya 1000 kali lebih besar dari gelombang microvawe.
Mengukur medan magnet pasien
Coil dipasang dengan diameter paralel terhadap medan magnet utama.
Medan magnet pasien akan menyilang diameter coil.
Terjadi induksi, menghasilkan arus listrik pada coil.
G. Faktor-faktor jaringan yang mempengaruhi sinyal dalam penggambaran MRI
a.Nuclear density  (konsentrasi/kerapatan inti)
b.Relaxation rate   (laju relaksasi)
c.Flow phenomena   (fenomena aliran)


Nuclear Density = Proton Density
Sinyal diproduksi oleh inti yang ter-eksitasi.
Jumlahnya proporsional terhadap jumlah inti yang ada.
Sehingga kekuatan sinyal tergantung pada konsentrasi atau densitas inti.
Relaxation rate (Laju relaksasi)  / T1 dan T2

Relaxation rate tergantung pada kandungan kimiawi dari lingkungan dimana inti berada. Karena Berbeda jenis jaringan, berbeda pula laju relaksasinya,sehingga berbeda pula intensitas sinyal yang dihasilkan, dan tampilan gambarnya.
Flow phenomena:

Menggerakan substansi yang biasa yang memiliki sinyal MRI yang lemah . Lalu, Computer melakukan proses pengubahan sinyal yang kuat ke  bayangan ke abu-abuan. sinyal yang kuat akan ditampilkan oleh warna putih pada gambra dan sinyal yang lemah dipresentasikan oleh warna hitam
H.      EQUIPMENT

a. console
b. computer
c. magnet room
Magnet types :

a. permanent
b. resistive
c. superconductive (cryogenic)
 Permanent magnet:
a. Lapanganya konstan
b. Tidak dibutuhkan elektrik atau pendingin
c. mempunyai magnet yang berat
d. Sulit digunakan sebagai tempat melakukan klinis
Resistive magnet :
a. Simpel tapi luas.
b. Terdiri dari coil atau kawat.
c. Lapangan magnet diproduksi oleh penggunaan electric tertentu.
d.
Hambatan listrik dari kawat menghasilkan panas dan kekuatan batas lapangan.
Kebutuhan sistem pendingin.
Superconductive (cryogenic) magnet:
a. Juga termasuk elektromagnetic
Loop Wire yang didinginkan ke suhu yang sangat rendah dengan helium cair untuk mengurangi hambatan listrik dan akan memberikan

4.       KEDOKTERAN NUKLIR
A.   Prinsip pencitraan
Menggunakan radioisotop sbg sumber sinar gamma dengan energi 80-511 keV  kemudian Radioisotop dimasukkan kedalam organ tubuh yang diperiksa (in vivo) lalu Organ tubuh memencarkan radiasi, dan yang terakhir detektor mencatat paparan diluar tubuh
Pada kedokteran nuklir Radiasi diubah menjadi cahaya, cahaya diubah menjadi data digital, data digital direkonstruksi menjadi citra diagnostik.                        
B.   Unsur utama yang menentukan perkembangan pemeriksaan kedokteran nuklir
a. Jenis dan formula radiofarmaka
b. Instrumen penangkap dan pengubah foton
c. Komputer pengolah data dan kemampuan rekonstruksi citra


C. Perkembangan teknik pencitraan kedokteran nuklir
a. Gamma kamera
b. SPECT
c. PET
D.  Gamma kamera     ke   SPECT
- Menggunakan radiofarmaka yang sejenis.
- Perubahan/modifikasi pada instrumen penangkap radiasi (kolimator dan detektor).
- Tujuannya untuk menangkap energi foton tunggal yang mewakili lapisan/potongan organ tertentu
Organ:    radiofarmaka:      energi:
Thyroid    131 I                          364 keV
SSP          99m Tc DTPA            140 keV
CSF          131 I RISA                 364 keV
Tulang      87m Sr                      388 keV
Paru         99m Tc MAA              140 keV
Liver         99m Tc sulfur coll     140 keV
GB            131 I Rosebengal    364 keV
a. Instrumen SPECT
- Kamera sinar gamma dikopel dengan gantry (head + gantry) yang dapat bergerak mengelilingi obyek, sebagaimana pada CT dan menggunakan colimator khusus untuk menangkap foton dari lapisan obyek tertentu


1.  Colimator
Konstruksi lobang-lobang colimator (colimator hole) dibuat supaya dapat menangkap foton yang terpancar dari kedalaman tertentu organ tertentu. Apabila head bergerak (scanning) maka detektor akan menangkap foton-foton dari lapisan tertentu saja, yang dibutuhkan untuk penggambaran
2. Perkembangan head dan gantry pada SPECT
a. Single head, double head dan triple head
b. Rotasi dari 1800 sampai 3600
c. Gambaran : planar, bi-planar, multi planar dan cross-sectional
E. SPECT menjadi PET
Foton gamma diubah ke  radiasi annihilasi dimana Radionuklida C,N,O pemancar positron, diproduksi dengan cyclotron dan menggunakan Data koinsiden (detektor,sirkuit) yang memiliki Konstruksi gantry dan detektor seperti pada CT scan    dan menghasilkan Pencitraan : planar, crosssectional, coronal dimana Resolusi gambar hampir sama dengan SPECT
                F.  PET
Elemen stabil C,N,O dijadikan radionuklida menggunakan cyclotron untuk menghasilkan positron kemudian Dimasukkan kedalam tubuh sehingga positron bertemu elektron menghasilkan radiasi annihilasi, enersinya kembar (0.51 MeV) arah berlawanan, keluar tubuh ditangkap oleh detektor koinsiden dan C,N,O diproses dengan cyclotron  menjadi radioisotop pemancar positron (b+) dimasukkan ke organ lalu b+ bertemu dengan elektron dari atom-atom organ yang diperiksa,
menghasilkan annihilasi yang terpancar keluar tubuh dg arah berlawanan (E=0,51 MeV) diterima oleh detektor koinsiden diteruskan menjadi data gambar dan direkonstruksi menjadi gambar
a. Kharakteristik positron
Definisi                    :  elektron bermuatan positif
Asal                         :  inti yang kekurangan netron
Produksi                  :  accelerator
Peluruhan inti         :  p           n  + e+ + neutrino
Peluruhan positron :  annihilasi,
                                       foton kembar 0,511 MeV,
                                       arah berlawanan
Radionuklida
    dalam PET              :    11C,  13N,  15O,  18F,  68Ga
Radionuklida dalam PET
             Carbon    Nitrogen     Oksigen
Inti        :   11C                13N                   15O
Half-life :   20,4 min       9,97 min          2,03 min
Proton   :   14N(p,a)11C   16O(p,a)13N       15N(p,n)15O
Target   :   N2 (gas)        H2O (liquid)     N2+1%O(gas)