Sabtu, 08 Februari 2014

ARTERIOGRAFI FEMORALIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang
            Sistem peredaran darah di dalam tubuh manusia secara garis besar terbagi menjadi tiga yaitu jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe. Pembuluh darah terbagi atas tiga bagian yaitu pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler. Pembuluh darah berfungsi sebagai sistem transportasi darah di dalam tubuh yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung. Oleh karena itu, kelainan- kelainan (penyumbatan, penyempitan, dan kelainan bawaan) yang terjadi akibat yang fatal.
            Radiologi sebagai cabang ilmu kedokteran yang berperan sebagai penunjang diagnosa dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan-kelainan pembuluh darah menggunakan teknik angiografi. Angiografi adalah pemeriksaan radiologi sistem pembuluh darah dengan menggunakan bahan kontras positif.
            Pemeriksaan angiografi pertama kali dilakukan oleh dua orang peneliti, yaitu Hascheck dan Lindenthal yang menyuntikkan emulsi kapur Teichman’s mixture ke dalam pembuluh darah seseorang yang mengalami amputasi tangan. Tetapi penemuan ini kurang berkembang karena memiliki resiko yang tinggi. Pada tahun 1920 para peneliti menggunakan sodium iodide sebagai bahan kontras untuk ekstremitas bawah.
            Pemeriksaan angiografi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu arteriografi dan venografi. Pemeriksaan arteriografi femoralis merupakan salah satu pemeriksaan arteriografi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat anatomi dan fisiologi pembuluh arteri ekstremitas bawah. Teknik pemeriksaan Arteriografi Femoralis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu punksi langsung dan punksi tidak langsung. Mengingat tingkat kesulitan dan resiko yang sangat besar pada teknik punksi langsung maka teknik punksi tidak langsung banyak diterapkan pada pemeriksaan Angiografi Femoralis. Teknik ini dikenal dengan teknik Kateterisasi Seldinger dengan menggunakan baja penuntun (guide wire) sebagai perantara yang dimasukkan melalui Arteri Femoralis, lalu dimasukkan kateter yang tipis, kuat, dan lentur. Teknik inilah yang banyak dilakukan dalam pemeriksaan Angiografi Femoralis.

2.  Tujuan Penulisan
Ø  Untuk mengetahui teknik pemeriksaan Arteriografi Femoralis dengan benar
Ø  Untuk menambah wawasan yang lebih luas tentang Arteriografi Femoralis

3.   Ruang Lingkup
Ø  Pengertian
Ø  Tujuan
Ø  Anatomi dan Fisiologi
Ø  Indikasi pemeriksaan
Ø  Alat- alat yang digunakan
Ø  Teknik pemeriksaan
Ø  Teknik Pengambilan gambar

BAB II
PEMBAHASAN

1.  Pengertian
          Arteriografi femoralis yaitu “pemeriksaan radiografi untuk memperlihatkan pembuluh arteri pada ekstremitas bawah dengan memasukkan kontras media positif”. ( Glenda J. Bryan ).

2.  Tujuan Pemeriksaan
          Pemeriksaan Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan anatomi dan patologi dari hip joint sampai dengan kaki.

3.  Anatomi dan Fisiologi
          Pembuluh darah merupakan salah satu sistem peredaran didalam tubuh manusia. Pembuluh darah terdiri atas tiga bagian yaitu pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler. Pembuluh darah arteri berfungsi membawa darah yang kaya oksigen dan zat makanan ke seluruh tubuh. Dinding pembuluh darah terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terluar yang disebut tunika advensia. Terdiri atas jaringan yang fibrus, lapisan tengah yang berotot elastis yang disebut tunika media, dan lapisan paling dalam yang endothelial disebut tunika intima.
            Arteri femoralis merupkan arteri utama yang menyuplai darah ke ekstremitas bawah. Arteri ini dimulai dari arteri iliaka eksterna yang merupakan cabang dari arteri iliaka komunis. Arteri femoralis berjalan dari ligamen inguinal inferior kemudian turun ke bagian anterior paha melalui celah pada otot adductor magnus. Pada daerah lipat paha terdiri dari arteri iliaka circumflex superficial, arteri epigastrik inferior superficial, dan arteri genetal externa superficial. Pada daerah sepertiga os femur, kira-kira 3-5 cm dibawah ligamen inguinal terdapat cabang arteri yang disebut arteri femoralis profunda yang banyak memberikan percabangannya pada otot-otot paha.

Arteri poplitea adalah lanjutan dari arteri femoralis pada adductor hiatus yang berjalan melalui rongga popliteal dibelakang sendi lutut dan berakhir pad abatas bawah muskulus popliteal. Arteri ini berada pada fossa popliteal dan nervus medial popliteal. Arteri popliteal mengeluarkan cabang-cabangnya pada otot, sendi lutut, dan bercabang menjadi arteri tibia anterior dan arteri tibia posterior.                  
Arteri tibia anterior timbul pada bifurcatio arteri popliteal. Arteri tibia anterior mengalir ke arah anterior antara dua caput tibia posterior di atas bagian depan tungkai. Arteri ini kemudian muncul ke permukaan (superficial) pada bagian atas kaki antara tendon extensor hallucis longi dan tibia anterior. Aliran arteri tibia anterior dapat ditunjukkan dengan menggambarkan pada garis bagian depan caput fibula ketitik tengah antara dua maleolus.
            Arteri tibia posterior adalah cabang arteri popliteal yang berjalan ke bawah pada bagian posterior tungkai kedalam gastro enemius dan otot-otot solei. Di bawah mata kaki, arteri tibia posterior kira-kira 2,5 cm dibawah otot popliteal distal. Arteri ini berjalan ke bawah sepanjang crista medial os fibula sampai bagian anterior tungkai.
            Arteria dorsalis pedis adalah lanjutan dari arteri tibia posterior. Arteri ini berjalan sepanjang daerah medial kaki ke dasar os metatarsal satu dan dua untuk bergabung dengan arcus plantar, sebelum meninggalkan dorsal, arteri ini bercabang menjadi arteri arcuata yang cabang-cabangnya memperdarahi jari kedua sampai kelima.
            Arteri plantar merupakan medial cabang dari arteri tibia posterior. Arteri ini berjalan sepanjang telapak kaki medial dan bercabang kejari utama dan jari keempat. Arteri plantar lateral adalah cabang arteri tibia posterior.
           
4. Indikasi Pemeriksaan
  • Arterosklerosis Obliterans
      Disebabkan oleh oklusi kronis pada arteri. Penimbunan lemak dan jaringan fibrosa dalam arteri secara progresif mempersempit lumen arteri sehingga jumlah darah yang mengalir ke jaringan yang terletak diluar lesi berkurang.
  • Aneurisma
Pelebaran pembuluh arteri. Aneurisma dapat terjadi pada aorta atau cabang arteri perifer.
  • Trauma Arteri
      Biasanya disebabkan oleh luka yang cukup luas pada jaringan lunak, fraktur,
dll.
  • Arteriovenosus Malformasi
      Penyakit ini biasanya ditandai dengan pembesaran pada tungkai. Malformasi          terdiri atas tiga jenis yaitu hubungan langsung antara arteri dan vena pada   arteriola, malformasi yang timbul pada kapiler dan malformasi pada vena.
  • Artritis
      Peradangan yang terjadi pada pembuluh darah arteri.
  • Neoplasma
      Pertumbuhan jaringan baru yang abnormal, seperti tumor.

5.  Kontra Indikasi
  • Alergi terhadap kontras media
  • Kelainan jantung
6.  Kontras Media
Conray 280 ( Glenda J. Bryan )
Kontras media yang digunakan berjenis water soluble organik iodine compounds dengan konsentrasi bahan antara 50% sampai 76%. Jumlah kontras media yang dipunksi sebanyak 20 ml sampai 30 ml untuk satu proyeksi arteriografi femoralis dengan kecepatan penyuntikan 8 sampai ml/s dan 40 ml- 60 ml untuk proyeksi bilateral dengan kecepatan penyuntikan mencapai 10 sampai 15 ml/s.

6.  Alat dan Bahan yang Digunakan
6.1.  Bahan Steril
    • Jarum arteriogram
    • Adaptor
    • Spuit 50 ml sebanyak 2 buah
    • Spuit 10 ml sebanyak 1 buah
    • Spuit 2 ml sebanyak 1 buah
    • Drawing up canula
    • Kateter
    • Sponge forceps
    • Mangkuk pelembab 2 buah
    • Gallipot
    • Kasa
    • Handuk
    • Baju pasien

6.2  Bahan Unsteril
·         Pembersih kulit
·         Ampuls Kontras Media
·         Saline
·         Jarum Disposable
·         Pembuka Ampuls
·         Lokal Anestesi ( Omnopone atau Scopolamine )

7.  Teknik Pemeriksaan
            Pemeriksaan Arteriografi Femoralis dilakukan dengan beberapa tahap yaitu :
     7.1.  Persiapan Pasien
·         Pasien puasa kurang lebih 5 jam sebelum dimulainya pemeriksaan.
·         Mencukur rambut pada daerah yang akan dilakukan punksi ( pada daerah inguinal atau lipatan paha dan pubis ).
·         Pasien diwajibkan mixie sebelum pemeriksaan dimulai.
7.2.    Premedikasi
            Pemasukan bahan kontras ke dalam pembuluh darah akan menyebabkan rasa sakit selama pemeriksaan dilakukan, sehingga diperlukan premedikasi untuk mengurangi rasa sakit tersebut. Jika dilakukan anastesi lokal maka harus diberikan omnopon dan scopolamine.
7.3.    Posisi Pasien
·         Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan jari-jari kaki diputar 30° ke dalam.
·         Kedua tumit sedikit dijauhkan agar mudah untuk diputar.
·         Variasi posisi pasien juga dapat dilakukan untuk mendukung penglihatan yang lebih baik pada daerah poplitea dan cabang-cabangnya.
    7.4.   Metode Pemasukan Bahan Kontras
·   Penyuntikan secara langsung (direct puncture)
Common femoral artery kanan merupakan arteri yang paling sering dijadikan akses puncture oleh karena lumen yang cukup besar, pulsasi yang teraba lebih superficial, terdapat caput femoris di bagian profunda sehingga mudah dilakukan penekanan arteri untuk menghindari hematoma dan komplikasi lebih lanjut.
·   Kateterisasi teknik seldinger
             Pada pemeriksaan arteriografi femoralis, punksi dilakukan setelah anestesi lokal pada daerah lipat paha (inguinal) dengan jarum no.18. Bila canul telah berada di dalam lumen arteri, maka dimasukkan guide wire melalui jarum seldinger ke dalam lumen arteri. Pemasukkan guide wire dilakukan di bawah kontrol fluoroskopi dan diarahkan ke bifurkartio aorta abdominalis ( lumbal dua atau lumbal tiga ). Kemudian jarum atau canul dicabut secara perlahan-lahan dan hati-hati agar guide wire tidak tercabut. Daerah punksi ditekan agar tidak terjadi hematom. Kateter dimasukkan melalui guide wire sampai ke daerah pembuluh yang dikehendaki dibawah kontrol fluoroskopi. Guide wire dicabut selanjutnya dimasukkan bahan kontras (tes kontras) ke dalam kateter untuk melihat apakah kateter sudah berada didalam pembuluh darah yang diinginkan.
  7.5.   Perawatan Pasien
·   Pada akhir pemeriksaan kateter dan introduccer sheet dicabut.
·   Tekan bekas suntikan sampai pendarahan berhenti.
·   Setelah terjadi pendarahan, bekas punksi diberi plester.
·         Pasien bed rest selama 24 jam dan harus tetap dikontrol tekanan darah dan nadi selam 15 menit selama 4 jam pertama dan setelahnya dilakukan 4 jam sekali selama 24 jam.
·         Suhu tubu dan denyut nadi dicatat tiap 4 jam sekali selama 24 jam setelah pemeriksaan arteriografi femoralis.
·         Setelah 24 jam, plester pada daerah bekas punksi bisa dilepas.

8.  Teknik Pengambilan Gambar 
       Pengambilan gambar dapat dilakukan dengan teknik single film atau dengan serial film. Setiap teknik yang digunakan dibutuhkan teknik khusus tertentu, yaitu :
a.       Single Film Technique
·         Menggunakan film ukuran besar yaitu ukuran 35 cm x 43 cm.
·         Membutuhkan dua kali penyuntikan kontras yang masing-masing digunakan untuk menggambarkan arteri femoralis dan arteri tibia sampai dorsalia.
            b.   Serial Film Technique
·         Menggunakan film ukuran 35 cm x 35 cm.
·         Membutuhkan peralatan yang mempunyai variasi kecepatan  pergantian film, termasuk rol film, cut film, dan kaset charger yang berkemampuan dua eksposi dalam satu menit.

·         Hanya memerlukan satu kali penyuntikan bahan kontras.

1 komentar: