PEMBAHASAN
2.1 Anatomi
Cabang-cabang bernama dari arteri radial dapat dibagi
menjadi tiga kelompok, sesuai dengan tiga wilayah di mana berada.
a.
Di lengan bawah
v
arteri berulang Radial - muncul
hanya setelah arteri radial berasal dari arteri brakialis. Ini perjalanan
superior untuk beranastomosis dengan jaminan arteri radial di sekitar sendi
siku
v
palmar carpal cabang arteri radial - kapal
kecil yang muncul di dekat perbatasan bawah kuadratus pronator
v
Superficial palmar cabang dari
arteri radial - muncul dari arteri radial, hanya di mana kapal ini adalah untuk
angin di sisi lateral pergelangan tangan.
b.
Pada pergelangan tangan
v
punggung carpal cabang arteri radial
- kapal kecil yang muncul di bawah tendon ekstensor ibu jari
v
arteri Pertama metakarpal punggung -
timbul sebelum arteri radial lewat di antara dua kepala dari otot punggung
interoseus pertama dan segera membagi menjadi dua cabang yang memasok sisi
berdekatan ibu jari dan jari telunjuk; sisi lateral jempol menerima cabang
langsung dari arteri radial.
c.
Dalam Tangan
v
princeps polisis arteri - muncul
dari arteri radial seperti ternyata medial ke bagian dalam tangan
v
radialis indicis - muncul dekat
dengan polisis princeps. Kedua arteri mungkin timbul dari trunk, arteri
metakarpal pertama telapak tangan.
v
arch palmaris Deep - terminal bagian
dari arteri radial.
2.2 Teknik Pemeriksaan
2.2.1 Pengertian
Arteriografi Antebralis
Arteriografi antebralis adalah
pemeriksaan imaging radiodiagnostik konvensional sistem pembuluh darah arteri
ekstermitas superior dengan menggunakan media kontras.
2.2.2 Tujuan Pemeriksaan
Untuk
memperlihatkan pembuluh darah arteri secara jelas dengan menggunakan bahan
kontras.
2.2.3 Indikasi
Pemeriksaan
Cedera pada ekstremitas atas bisa diakibatkan oleh berbagai macam
mekanisme, yang tersering adalah trauma tajam. Sejumlah besar diakibatkan oleh
pecahan kaca, dan juga ada yang diakibatkan oleh luka tembak. Dengan
meningkatnya transportasi dan pergerakan manusia, mengakibatkan tingginya angka
kecelakaan yang disebabkan kecelakaan lalulintas. Selain itu peningkatan
tindakan kateterisasi pembuluh darah juga menyebabkan peningkatan kejadian
cedera pada pembuluh darah .
a.
Aneurisma adalah
dilatasi dinding arteri yang disebabkan kelainan kongenital / perkembangan yang lemah pada dinding darah tersebu
b.
Emboli adalah pembekuan
darah
c.
Stenosis adalah penyempitan
pembuluh darah
d.
Fistulo arterivenosa
adalah suatu saluran abnormal yang berada diantara sebuah arteri dan sebuah
vena
e.
Malformasi arterivenosa
f.
artherosklerosi
(pengerasan) adalah kondisi pada arteri besar dan kecil yang ditandai
penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan makrofag di seluruh
kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel) dan akhirnya ke tunika media
(lapisan otot polos)
2.2.4 Kontraindikasi
a. Alergi
terhadap bahan kontras
b. Kehamilan
c. Gagal
fungsi hati
d. Gagal
jantung
e. Infeksi
pada kulit di daerah penempatan canula
f. Alergi
iodium
2.2.5
Peralatan
Persiapan
alat-alat pemeriksaan:
a. Punksin
perkutan dengan jarum:
-
Jaarum punksi
seldingger/ abocath,untuk dewasa nomor 18, sedangkan untuk anak-anak no. 20
-
Tube plastik
transpparan untuk menghubungkan jarum dengan semprit
-
Konektor
-
Semprit 10cc, 20cc,
40cc
-
Kontras angiografi 65%
atau sejenisnya
-
NaCl fisiologis
b. Kateterisasi
perkutan:
-
Jarum pungsi
seldinger/aboket No. 18/16
-
Baja penuntun / guide
wire No.32/34
-
Kateter dengan ujung
lurus/bengkok, selektif/semiselektif
-
Semprit 20cc, 30cc dan
40cc
-
Kontras angiografin 65%
atau sejenisnya
-
NaCl untuk bilas
Bahan
steril:
v Spuit
50cc 2 buah
v Jarum
arteriogram
v Adaptor
v Spuit
10cc 1 buah
v Spuit
2cc 1buah
v Kateter
v Sponge
forceps
v Drawing
up
v Galipot
v Kassa
v Handuk
v Baju
pasien
Unsteril:
v Pembersih
kulit
v Kontras
media
v Saline
v Ampuls
v Lokal
anastesi
v Omnophone
2.2.6
Teknik
Pemeriksaan dan Persiapan Pasien
a.
Persiapan
Pasien :
-
Izin Tertulis untuk
melakukan tindakan arteriografi (dalam formulir khusus). Untuk anak anak harus
ada izin orang tua. Untuk pasien yang oleh karena suatu sebab tidak dapat
menanda tangani izin tertulis (missal : lumpuh ,kesadaran menurun ,dll) dapat
dimintakan persetujuan dari keluarga terdekat
-
Pasien dipuasakan dari
sejak malam hari,terutama bila dilakukan pemeriksaan dengan anestesi umum
-
Apabila pungsi
dilakukan pada daerah inguinal ,untuk melakukan antisepsi di daerah tersebut
maka rambut pubis harus dicukur habis. Begitu pula apabila dilakukan pungsi
arteri aksilaris ,rambut ketiak harus pula dicukur habis
-
Dua jam sebelum
pemeriksaan pasien diberikan obat penenang seperti suntikan diazepam sebanyak
10 mg
b.
Analisa
Hasil Gambar
Analisa
foto dilakukan berdasarkan standar gambaran normal aorta/arteri yang
memperdarahi suatu organ tertentu . Biasanya arteri yang memperdarahi tersebut
,gambaran – gambaran cabang arterinya di dalam organ tersebut berdikotom secara
beraturan.Serial foto tersebut digunakan untuk:
1. Menilai
fase arteri dini
2. Menilai
fase arteri lanjut (fase parenkim)
3. Menilai
fase venosu
c.
Teknik
Pemeriksaan
1. Dilakukan
tindakan asepsis atau antisepsis dengan jodium atau betadine pada daerah
pungsi.
2. Disuntikan
anestesi local(missal xilokain ,dll) pada daerah pungsi.
3. Jarum
seldinger /abocath ditusukan ke daerah yang paling besar dekat jari tengah
dengan sudut kurang lebih 60 derajat
4. Setelah
jarum abbocath masuk .mandrinnya dicabut kemudian jarum abbocath ditarik
perlahan ke atas.
5. Pada
jarum berada di dalam pembuluh arteri ,darah akan memancar bila memakai
jarumseldinger atau abbocath akan terlihat suatu aliran darah balik (back flow)
6. Jarum
dihubungkan dengan tube plastic dan konektor lalu dibilas dengan Nacl ,yang
dicampr dengan heparin
v Dengan
Kateter
Ada
3 langkah dalam melakukan kateterisasi ,yaitu :
a.
Pungsi Arteri
1.
Arteri ditusuk dengan jarum
Seldinger atau Abbocath ,tekniknya
sama dengan teknik perkutan di atas.
2.
Bila kanula telah
berada di dalam lumen arteri ,maka dimasukan guide wire melalui jarum seldinger
/kanula plastic ke dalam lumen arteri dengan bagian yang lemas dahulu yang
masuk.
3.
Di bawah control
floroskopi ,perjalanan guide wire diikuti
4.
Jarum atau kanula
dicabut hati hati agar guide wire tidak tercabut . Daerah pungsi ditekan agar
tidak terjadi hematum
5.
Kateter dimasukan
melalui guide wire sampai masuk kedalam organ yang diperiksamelalui control
floroskpi
6.
Guide wire dicabut
,selanjutnya kateter dibilas dengan Nacl
7.
Diberikan heparin
sesuai dengan dosis yang telah ditentukan sesuai berat badan pasien
8.
Pengambilan gambar dilakukan dengan kecepatan
2 film/detik selama 2 detik ,kemudian istirhat selama 5 detik ,kemudian diambil lagi gambar pada
waktu 1 film/detik ,selama 1 detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar