1.
Bone
Densitometri
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur kandungan mineral tulang dan kepadatan tulang di bagian tertentu atau seluruh tubuh
DIGUNAKAN UNTUK:
1. Menilai kekuatan tulang
2. Diagnosis penyakit yang berhubungan dengan kepadatan tulang yang rendah (osteoporosis)
3. Memantau efek terapi
4. Memprediksi risiko masa depan
patah
Pada pemeriksaan Bone Densitometri biasanya digunakan bermacam-macam tekhnik diantaranya:
1. menggunakan radiasi pengion
2. menggunakan USG
3. DXA energi = dual x-ray penyerapan (banyak digunakan)
Bone Densitometri memiliki berbagai KEUNGGULAN, yaitu :
1. Dosis radiasi rendah
2. Tersedia luas
3. Kemudahan dalam hal penggunaan
4. Waktu pemindaian yang relative singkat
5. Resolusi gambar yang tinggi
6. Presisi nya bagus
7. Kalibrasi relative stabil.
1. Dosis radiasi rendah
2. Tersedia luas
3. Kemudahan dalam hal penggunaan
4. Waktu pemindaian yang relative singkat
5. Resolusi gambar yang tinggi
6. Presisi nya bagus
7. Kalibrasi relative stabil.
DXA
1. Dikonseptualisasikan sebagai suatu teknik untuk mengurangi.
2. Untuk menghilangkan gambar soft tissue.
3. Mengukur jumlah Bone Mineral Density (BMD).
4. Mengukur pelemahan x-ray yang terjadi pada bagian tulang tertentu.
5. Scanning pada x-ray foton energi yang berbeda.
6. Tulang Lebih mineral melemahkan lebih x-ray.
1. Dikonseptualisasikan sebagai suatu teknik untuk mengurangi.
2. Untuk menghilangkan gambar soft tissue.
3. Mengukur jumlah Bone Mineral Density (BMD).
4. Mengukur pelemahan x-ray yang terjadi pada bagian tulang tertentu.
5. Scanning pada x-ray foton energi yang berbeda.
6. Tulang Lebih mineral melemahkan lebih x-ray.
2. ULTRASOUND
Adalah gelombang suara yang berfrekuensi tinggi (> 18 KHz)
Ultrasonografi = Echografi
(echo = pantulan = gema)
A. MODEL TAMPILAN CITRA PADA USG
1. A-MODE
(Amplitude mode = tampilan amplitudo)
2. B-MODE
(Brightness mode = tampilan gelap dan terang)
3. C-MODE
(Constant depth mode =tampilan kedalaman tertentu)
1. A-MODE
(Amplitude mode = tampilan amplitudo)
2. B-MODE
(Brightness mode = tampilan gelap dan terang)
3. C-MODE
(Constant depth mode =tampilan kedalaman tertentu)
B.
Instrumen Scan pada USG
• Menggunakan scan dengan satu dimensi
• Menggunakan diagram x, y untuk mengekspresikan echo
• Vertical, pengukuran untuk ukuran sinyal echo
• Horisontal, mengukur waktu yang diambil untuk echo yang kembali, yaitu, ukuran dari kedalaman permukaan saat memantulkan.
• Menggunakan scan dengan satu dimensi
• Menggunakan diagram x, y untuk mengekspresikan echo
• Vertical, pengukuran untuk ukuran sinyal echo
• Horisontal, mengukur waktu yang diambil untuk echo yang kembali, yaitu, ukuran dari kedalaman permukaan saat memantulkan.
Sebuah pengukuran waktu yang diambil
untuk echo yang kembali diartikan sama dengan ukuran dari
kedalaman permukaan yang
terkena pantulan.
• Terdiri dari gambar dua dimensi
• Transducer bergerak mengelilingi struktur organ
• Echo akan terdeteksi pada
setiap posisi berkas
yang ditampilkan pada layar CRT sebagai titik terang di sepanjang garis (scan
line)
• Pada layar akan menampilkan kecerahan setiap tempat yang berkaitan dengan besarnya sinyal echo (rekaman naungan abu-abu)
• Semakin kuat dalam hal mengembalikan echo maka tempat atau titik yang dituju akan menjadi lebih terang.
• Pada layar akan menampilkan kecerahan setiap tempat yang berkaitan dengan besarnya sinyal echo (rekaman naungan abu-abu)
• Semakin kuat dalam hal mengembalikan echo maka tempat atau titik yang dituju akan menjadi lebih terang.
C.
Tampilan pada USG
Berikut ini merupakan beberapa tampilan yang dapat dilihat
1.TAMPILAN ORGAN
A. Dilihat dari dimensi bentuk :
a. DUA DIMENSI
b TIGA DIMENSI
c. EMPAT DIMENSI
a. DUA DIMENSI
b TIGA DIMENSI
c. EMPAT DIMENSI
B. Dilihat dari dimensi waktu :
a. STATIS
b. MOVING
c. REAL TIME
a. STATIS
b. MOVING
c. REAL TIME
2. TAMPILAN
LAPANGAN PENCITRAAN
a. LINIER
Lapangan citra berbentuk segi empat
b. SEKTOR
Lapangan citra berbentuk segi tiga
a. LINIER
Lapangan citra berbentuk segi empat
b. SEKTOR
Lapangan citra berbentuk segi tiga
3. TAMPILAN
ECHO
a. ANECHOIC
(sonolucent)
b. ECHOIC
(hypoechoic dan hyperechoic)
c. ECHOGENIC
(high echo density = sonoopaque
a. ANECHOIC
(sonolucent)
b. ECHOIC
(hypoechoic dan hyperechoic)
c. ECHOGENIC
(high echo density = sonoopaque
D. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi citra USG (jika tidak
dikelola dengan baik dapat mengakibatkan diagnostic pitfalls)
a. Faktor fisik
a. Faktor fisik
- Refractive shadowing
- Back enhancement
- Slice artifact
- Photographic artifact
- Mirror image artifact
b. Faktor Jenis instrument:
- static image
- motion image
- reverse image
- static image
- motion image
- reverse image
c. Faktor setting instrument:
- low level gain
- receiver gain
- transmiter gain
- near & far gain
- low level gain
- receiver gain
- transmiter gain
- near & far gain
d. Faktor anatomi :
- bentuk, ukuran, tekstur wall echo shadow
- bentuk, ukuran, tekstur wall echo shadow
e. Faktor patofisiologi :
- holow sign
- gallbladder sludge
- tortous aorta
- mets & primary
- etc.
- holow sign
- gallbladder sludge
- tortous aorta
- mets & primary
- etc.
f. Faktor teknik scanning :
- lokasi, kontras, detail
- image orientation
- image perception
- lokasi, kontras, detail
- image orientation
- image perception
g. Faktor imaging :
- transducer displacement
- poor contact skin transducer
- invalid transducer
- transducer displacement
- poor contact skin transducer
- invalid transducer
E. Deskripsi Citra USG pada berbagai pemeriksaan
a. Deskripsi citra USG liver normal
•
Echoic,
cenderung hypoechoic
•
Homogen
•
Tekstur
jaringan halus
•
Lobus kanan
lebar
•
Lobus kiri
sempit dan meruncing
b. Deskripsi citra USG kandung empedu normal
•
Anechoic
•
Back
enhancement
•
Cek fundus dan
leher
•
Berdinding
rata dan tegas
•
Sehabis makan
GB mengalami kontraksi.
c. Deskripsi citra USG aorta abdominalis
dan vena cava inferior
•
Keduanya
anechoic
•
Keduanya
berdenyut dan berdinding tegas
•
Diameter lumen
aorta lebih kecil
•
Aorta
berdenyut lebih kuat
•
Dinding aorta
lebih tebal
d. Deskripsi citra USG vena porta dan vena hepatica
•
Keduanya anechoic
•
Tidak tampak berdinding tetapi berbatas
tegas
•
Keduanya banyak percabangannya pada
intra hepatik
e. Deskripsi citra USG diafragma
•
Berupa garis tebal echogenic (high echo
density)
•
Membatasi tekstur liver pada bagian atas
dan belakang
f. Deskripsi citra USG pancreas
•
Echoic, cenderung hiperechoic.
•
Homogen, tekstur sangat halus
•
Dinding rata, tetapi tidak tegas
•
Cek caput, corpus dan tail.
g. Deskripsi citra USG ginjal
•
Kompleks,
•
Gabungan anechoic dengan solid
didalamnya.
•
Korteks anechoic, pelvis ginjal solid.
•
Berdinding tegas dan rata.
h. Deskripsi citra USG limfa
•
Echoic, cenderung hiperechoic.
•
Tekstur halus, homogen
•
Berbatas halus dan rata
i.Deskripsi citra USG batu (pada ginjal atau pada empedu)
•
Echogenic,
•
Menempati sistem kalises ginjal atau,
•
Menempel pada dinding dalam kandung
empedu
•
Berbentuk butiraan,dengan berbagai
ukuran
•
Mungkin single atau multiple
•
Refractive shadowing dibelakangnya
3.MAGNETIC
RESONANCE IMAGING (MRI)
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dulu mempunyai nama NUCLEAR MAGNETIC
RESONANCE
(NMR).
(NMR).
A.
Peran MRI dalam Diagnostik
•
Menghasilkan kontras soft tissue yang
sangat baik, mengandung informasi yang lebih unik dibanding peperiksaan lain.
•
Penggambaran multiplanar dimungkinkan.
•
Imejing non invasif.
•
Imejing non pengion.
B.
APLIKASI PEMERIKSAAN MRI
MENURUT ORGAN YANG
DIPERIKSA :
1. HEAD
AND NECK
2. SPINE
: MRI MYELOGRAPHY.
3. MUSCULOSCKELETAL
4. SISTEM
VASCULAR
5. THORAX
6. ABDOMEN
/ PELVIS
C.
4 tahap kerja MRI
1. Tempatkan pasien
dalam medan magnit
yang kuat.
2. Kerjakan gelombang
radio frekuensi khu-
sus, terhadap pasien.
3. Ukur sinyal
gelombang radio yang di pan-
tul-balikan dari pasien.
4. Kodifikasi sinyal,
jadikan data digital,
rekonstruksi, dan jadi gambar.
D. PROSEDUR TEKNIK PENGGAMBARAN MRI
Magnetic Resonance
Kemagnetan pada tubuh
pesien
Berada pada kesetimbangannya
dengan total kemagnetan eksternal.
Kemagnetan eksternal
jutaan kali lebih besar.
Kemagnetan tubuh pasien
memberi konstribusi terhadap kemagnetan total.
Kemagnetan pasien
Memiliki spin
Tidak sejajar dengan
arah medan magnet utama (Larmor Precession)
Spin – Alignment in an External Magnetic Field
Atom-atom jaringan
tubuh
Tidak pada semua jenis
atom dapat mengalami Larmor Precession.
Atom-atom berikut
banyak terdapat dalam struktur jaringan, dan mengalami Larmor precession, yaitu
:
Hidrogen (1H)
Sodium (23Na)
Phosphor (31P)
Fluorine (19F)
Beberapa jenis atom
tidak mengalami Larmor Precission, dan tidak dapat dimanfaatkan dalam MRI :
Carbon (12C)
Oxygen (16O)
Calcium (40Ca)
Carbon (12C)
Oxygen (16O)
Calcium (40Ca)
E.
PRODUKSI RESONANSI
Presisi terjadi pada
frekuensi tertentu dimana Presisi akan menyerap enersi jika dikenai sinyal RF
yang Cepat terjadi letupan jika dikenai frekuensi yang sama dan Letupan
tersebut menghasilkan resonansi.
Menangkap resonansi
Resonansi juga
merupakan sinyal RF.
Dikumpulkan menggunakan
coil receiver sinyal RF.
F. Komponen dan output
KOMPONEN
|
KINERJA
|
OUTPUT
|
Magnet
Utama
|
Menginduksi
proton dalam inti
|
Spin
dan presisi
|
Coil
transmiter RF
|
Sinyal
RF untuk dikenakan pada spin dan presisi
|
Resonansi
|
Coil
receiver RF
|
Menangkap
resonansi
|
Data
gambar
|
Frekuensi resonansi tergantung pada kekuatan bidang pemindai
MRI
F. Gyromagnetic rasio
adalah frekuensi Larmor nilai per unit kekuatan medan magnet.
adalah frekuensi Larmor nilai per unit kekuatan medan magnet.
1. paling rasio gyromagnetic nuklir
pada kisaran 1-50 / T MHz, hanya
di bawah radioband FM, sesuai
untuk gelombang radio.
2. Kebanyakan gyromagnetic rasio electcronic
kira-kira 1000 kali lebih besar,
sesuai dengan microwave.
Sifat gyromagnetic ratio
Kebanyakan GR inti
besarnya antara 1-50 MHz/T, berada dibawah gelombang radio FM.
Kebanyakan GR elektrik
besarnya 1000 kali lebih besar dari gelombang microvawe.
Mengukur medan magnet
pasien
Coil dipasang dengan
diameter paralel terhadap medan magnet utama.
Medan magnet pasien
akan menyilang diameter coil.
Terjadi induksi,
menghasilkan arus listrik pada coil.
G.
Faktor-faktor jaringan yang mempengaruhi sinyal dalam penggambaran MRI
a.Nuclear density (konsentrasi/kerapatan inti)
b.Relaxation rate (laju relaksasi)
c.Flow phenomena (fenomena aliran)
Nuclear Density =
Proton Density
Sinyal diproduksi oleh
inti yang ter-eksitasi.
Jumlahnya proporsional
terhadap jumlah inti yang ada.
Sehingga kekuatan
sinyal tergantung pada konsentrasi atau densitas inti.
Relaxation rate
(Laju relaksasi) / T1
dan T2
Relaxation rate tergantung pada kandungan kimiawi dari lingkungan dimana inti berada. Karena Berbeda jenis jaringan, berbeda pula laju relaksasinya,sehingga berbeda pula intensitas sinyal yang dihasilkan, dan tampilan gambarnya.
Relaxation rate tergantung pada kandungan kimiawi dari lingkungan dimana inti berada. Karena Berbeda jenis jaringan, berbeda pula laju relaksasinya,sehingga berbeda pula intensitas sinyal yang dihasilkan, dan tampilan gambarnya.
Flow phenomena:
Menggerakan substansi yang biasa yang memiliki sinyal MRI yang lemah . Lalu, Computer melakukan proses pengubahan sinyal yang kuat ke bayangan ke abu-abuan. sinyal yang kuat akan ditampilkan oleh warna putih pada gambra dan sinyal yang lemah dipresentasikan oleh warna hitam
Menggerakan substansi yang biasa yang memiliki sinyal MRI yang lemah . Lalu, Computer melakukan proses pengubahan sinyal yang kuat ke bayangan ke abu-abuan. sinyal yang kuat akan ditampilkan oleh warna putih pada gambra dan sinyal yang lemah dipresentasikan oleh warna hitam
H. EQUIPMENT
a. console
b. computer
c. magnet room
a. console
b. computer
c. magnet room
Magnet types :
a. permanent
b. resistive
c. superconductive (cryogenic)
a. permanent
b. resistive
c. superconductive (cryogenic)
Permanent magnet:
a. Lapanganya konstan
b. Tidak dibutuhkan elektrik atau pendingin
c. mempunyai magnet yang berat
d. Sulit digunakan sebagai tempat melakukan klinis
a. Lapanganya konstan
b. Tidak dibutuhkan elektrik atau pendingin
c. mempunyai magnet yang berat
d. Sulit digunakan sebagai tempat melakukan klinis
Resistive magnet :
a. Simpel tapi luas.
b. Terdiri dari coil atau kawat.
c. Lapangan magnet diproduksi oleh penggunaan electric tertentu.
d. Hambatan listrik dari kawat menghasilkan panas dan kekuatan batas lapangan.
Kebutuhan sistem pendingin.
a. Simpel tapi luas.
b. Terdiri dari coil atau kawat.
c. Lapangan magnet diproduksi oleh penggunaan electric tertentu.
d. Hambatan listrik dari kawat menghasilkan panas dan kekuatan batas lapangan.
Kebutuhan sistem pendingin.
Superconductive
(cryogenic) magnet:
a. Juga termasuk elektromagnetic
Loop Wire yang didinginkan ke suhu yang sangat rendah dengan helium cair untuk mengurangi hambatan listrik dan akan memberikan
a. Juga termasuk elektromagnetic
Loop Wire yang didinginkan ke suhu yang sangat rendah dengan helium cair untuk mengurangi hambatan listrik dan akan memberikan
4.
KEDOKTERAN
NUKLIR
A.
Prinsip pencitraan
Menggunakan radioisotop
sbg sumber sinar gamma dengan energi 80-511 keV kemudian Radioisotop dimasukkan kedalam organ
tubuh yang diperiksa (in vivo) lalu Organ tubuh memencarkan radiasi, dan yang
terakhir detektor mencatat paparan diluar tubuh
Pada kedokteran nuklir Radiasi
diubah menjadi cahaya, cahaya diubah menjadi data digital, data digital
direkonstruksi menjadi citra diagnostik.
B.
Unsur utama yang menentukan perkembangan
pemeriksaan kedokteran nuklir
a. Jenis dan formula
radiofarmaka
b. Instrumen penangkap
dan pengubah foton
c. Komputer pengolah
data dan kemampuan rekonstruksi citra
C.
Perkembangan teknik pencitraan kedokteran nuklir
a. Gamma kamera
b. SPECT
c. PET
D. Gamma kamera ke
SPECT
- Menggunakan
radiofarmaka yang sejenis.
- Perubahan/modifikasi
pada instrumen penangkap radiasi (kolimator dan detektor).
- Tujuannya untuk
menangkap energi foton tunggal yang mewakili lapisan/potongan organ tertentu
Organ: radiofarmaka: energi:
Thyroid 131 I 364 keV
SSP 99m Tc DTPA 140 keV
CSF 131 I RISA 364 keV
Tulang 87m Sr 388 keV
Paru 99m Tc MAA 140 keV
Liver 99m Tc sulfur coll 140 keV
GB 131 I Rosebengal 364 keV
a. Instrumen SPECT
- Kamera sinar gamma
dikopel dengan gantry (head + gantry) yang dapat bergerak mengelilingi obyek,
sebagaimana pada CT dan menggunakan colimator khusus untuk menangkap foton dari
lapisan obyek tertentu
1. Colimator
Konstruksi
lobang-lobang colimator (colimator hole) dibuat supaya dapat menangkap foton
yang terpancar dari kedalaman tertentu organ tertentu. Apabila head bergerak
(scanning) maka detektor akan menangkap foton-foton dari lapisan tertentu saja,
yang dibutuhkan untuk penggambaran
2. Perkembangan head
dan gantry pada SPECT
a. Single head, double
head dan triple head
b. Rotasi dari 1800
sampai 3600
c. Gambaran : planar,
bi-planar, multi planar dan cross-sectional
E.
SPECT menjadi PET
Foton gamma diubah ke radiasi annihilasi dimana Radionuklida C,N,O
pemancar positron, diproduksi dengan cyclotron dan menggunakan Data koinsiden
(detektor,sirkuit) yang memiliki Konstruksi gantry dan detektor seperti pada CT
scan dan menghasilkan Pencitraan : planar,
crosssectional, coronal dimana Resolusi gambar hampir sama dengan SPECT
F. PET
Elemen stabil C,N,O
dijadikan radionuklida menggunakan cyclotron untuk menghasilkan positron
kemudian Dimasukkan kedalam tubuh sehingga positron bertemu elektron
menghasilkan radiasi annihilasi, enersinya kembar (0.51 MeV) arah berlawanan,
keluar tubuh ditangkap oleh detektor koinsiden dan C,N,O diproses dengan
cyclotron menjadi radioisotop pemancar
positron (b+) dimasukkan ke organ lalu b+ bertemu dengan elektron
dari atom-atom organ yang diperiksa,
menghasilkan annihilasi yang terpancar keluar tubuh dg arah berlawanan (E=0,51 MeV) diterima oleh detektor koinsiden diteruskan menjadi data gambar dan direkonstruksi menjadi gambar
menghasilkan annihilasi yang terpancar keluar tubuh dg arah berlawanan (E=0,51 MeV) diterima oleh detektor koinsiden diteruskan menjadi data gambar dan direkonstruksi menjadi gambar
a. Kharakteristik
positron
Definisi : elektron bermuatan positif
Asal : inti yang kekurangan netron
Produksi : accelerator
Peluruhan inti :
p n + e+ + neutrino
Peluruhan positron
: annihilasi,
foton
kembar 0,511 MeV,
arah berlawanan
Radionuklida
dalam PET : 11C, 13N, 15O, 18F, 68Ga
Radionuklida dalam PET
Carbon Nitrogen
Oksigen
Inti :
11C 13N 15O
Half-life : 20,4 min 9,97 min 2,03 min
Proton : 14N(p,a)11C 16O(p,a)13N 15N(p,n)15O
Target : N2
(gas) H2O (liquid) N2+1%O(gas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar